Desmauli Lumbanbatu
Jumat, 18 April 2025
Senin, 20 Juni 2022
Jurnal Refleksi Minggu ke 23
Model 4C : Connection, Challenge, Concept, Change
Jurnal refleksi di minggu ini
penulis akan merefleksi menggunakan Model 5: Connection, challenge, concept,
change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011).
Berikut adalah deskripsi jurnal refleksi minggu 23 menerapkan model 4C:
1. Connection
Sudah kita ketahui bahwa sebagai guru penggerak memiliki beberapa peran diantaranya : 1) menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya; 2) Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah; 3) Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah; 4) Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; dan 5) Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. Kesemua peran tersebut sangat memiliki korelasi dengan dengan modul 3.3. pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Keterkaitanya yaitu guru penggerak berperan menggerakan guru lain untuk membuat komunitas belajar yang akan saling bahu membahu menyusun dan merancang sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang disusun dalam komunitas belajar adalah program yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap murid seperti dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada diri murid. guru penggerak bersama guru lain dan pemangku kebijakan duduk bersama membuka ruang diskusi dan berkolaborasi merancang ekosistem pendidikan yang memberikan ruang pada murid untuk bisa mengembangkan dirinya secara maksimal dalam kegiatan yang telah dirancang dalam program yang berdampak pada murid. Program yang disusun bersama dalam komunitas perubahan yang menjadikan anak memiliki kenyamanan, ketenangan dan dan kebahagian dalam melakukan setiap kegiatan yang terakomodir dalam program tersebut.
2. Challenge
Selama ini dalam menjalankan sebuah program sebenarnya sekolah sudah mengetahui adanya tahapan dalam pelaksanaan program yaitu Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, Laporan) hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan kebiasaannya tidak secara sempurna dilaksanakan. Faktanya hanya menjalankan tahap monitoring dan evaluasi. Padahal learning dan reporting merupakan tahapan yang penting yang tidak boleh dilalui.
Dalam learning digunakan untuk berpikir dan merefleksikan situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Dalam learning juga membahas aspek utama dari apa yang perlu dipertimbangkan ketika meninjau suatu pengalaman. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari refleksi perlu ditinjau kembali pemikiran yang dimiliki.
Dalam laporan digunakan sebagai media untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambil. Maka sangat penting membuat sebuah laporan yang dapat dipertanggung jawabankan. Laporan yang tidak menimbulkan kecurigaan khalayak umum. Laporan yang menjadikan setiap warga sekolah bertanggung jawab terhadap program tersebut.
Selain itu yang sering tidak dilakukan adalah memenejemen resiko secara matang. Salah satu hal yang harus dilakukan dalam merencanakan program. Menejemen resiko ini merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah.
3. Concept
3.3.a.7. Demonstrasi Kontekstual
- Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Assignment
Menerapkan pengetahuan yang
telah dipelajari mengenai tahapan pengelolaan program. Merancang pengelolaan
program dengan melibatkan orang tua dan komunitas.
A : Ceritakan dan tuliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang berhubungan dengan topik bahasan (kepemimpinan siswa (murid) di sekolah)
- Kepemimpinan seperti apa yang dibayangkan ada dalam diri siswa (murid)
- Perilaku apa saja yang ada pada siswa (murid) dengan kepemimpinan yang baik
- Perilaku guru seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa
J : Membuat cara/strategi mencapai mimpi-mimpi yang sudah kita tuliskan:
- Rencana/strategi apa yang perlu dilakukan (siapa melakukan apa)?
- Siapa koordinator/penanggung jawab pelaksanaan program
- Siapa yang bertugas memonitor dan mengevaluasi jalannya program
- Siapa yang bertugas membuat laporan program
- Bagaimana cara komunikasi/koordinasi yang dilakukan tim (melalui pertemuan (diskusi), rapat mingguan/bulanan dll) untuk memberi kabar satu sama lain tentang jalannya program
Kerangka Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran
- Pertanyaan Kunci
Pertanyaan Kunci Evaluasi Program (Diisi dengan pertanyaan utama yang menjadi tujuan evaluasi)
- Fokus Monitoring
- Monitoring Diisi dengan pilihan aktivitas-aktivitas atau tujuan antara program (outcomes) yang akan dipantau/dimonitor sepanjang pelaksanaan program, hal ini yang akan digunakan sebagai data untuk evaluasi program.
- Pertimbangan Pemilihan Diisi dengan alasan pemilihan aktivitas atau tujuan antara (outcomes) program
- Pertanyaan Utama Monitoring
Diisi dengan pertanyaan untuk menggali fokus monitoring yang berpengaruh pada
tujuan program
- Metode Penggalian
- Data Pertanyaan Monitoring Diisi dengan pertanyaan Utama Monitoring
- Sumber Informasi Diisi dengan pihak/aktor yang berkaitan dengan pertanyaan monitorin
- Metode Diisi dengan metode untuk penggalian data kepada sumber informasi Contoh: kajian evaluasi, observasi, wawancara, kuesioner/survey
- Kapan/ Bagaimana Diisi dengan waktu penggalian informasi
- Strategi Pengolahan Data
- Pertanyaan Monitoring, Diisi dengan pertanyaan monitoring dan pertanyaan tambahan tentang tim pengelola program.
- Data yang terkumpul, Diisi dengan data dan informasi yang menjawab pertanyaan monitoring tersebut, dari berbagai metode.
- Kesimpulan, Diisi kesimpulan yang dapat ditarik untuk menjawab pertanyaan monitoring dari data dan informasi yang ada pada kolom kedua
- Catatan Khusus, Pengecualian, dll
Bila ada catatan khusus yang
memberikan nuansa atas kesimpulan yang ditarik, catat di kolom.
Pembelajaran Program
Faktor-Faktor Pendukung Pelaksanaan Program Diisi dengan hal-hal yang mendukung keberhasilan program
Faktor-Faktor Penghambat
Pelaksanaan Diisi dengan hal-hal yang menghambat pencapaian program
Program Pembelajaran
Diisi dengan hasil refleksi dan temuan-temuan signifikan selama pelaksanaan program
- Pelaporan Program
- Gambaran Umum Program:
- Deskripsi Pelaksanaan Program:
- Waktu Pelaksanaan
- Strategi Pelaksanaan Program
- Faktor Pendukung dan Penghambat Program
- Hasil Pelaksanaan Program Evaluasi Program: Pembelajaran Program
3.3.a.8. Elaborasi Pemahaman - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Questionnaire
Mengkonfirmasi miskonsepsi dan pertanyaan yang berhubungan dengan proses pembuatan program sekolah yang berdampak pada murid.
3.3.a.9. Koneksi Antarmateri -
Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Assignment
Membuat perencanaan Feedback dari fasilitator dan menarik kesimpulan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 3.3 dalam berbagai media.
3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan
Program yang Berdampak pada Murid Assignment
mempraktikkan proses pembuatan
program yang berdampak pada murid.
4. Change
- Memetakan asset yang dimiliki sekolah
- Memanfaatkan asset tersebut untuk mendukung keterlaksanaan program sekolah yang berdampak pada murid
- Menyusun program sekolah yang berdampak pada murid dengan berbasis aset
- Memenejemen risiko untuk meminimalisir datangnya kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan.
Demikian jurnal refleksi minggu ke-23 - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid, semoga bermanfaat. Salam Guru Penggerak
Rabu, 15 Juni 2022
Jurnal Refleksi Minggu - 22
Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak pada minggu ke 22 ini berada pada tahap modul 3.2 yakni telah hampir sampai di ujung paket modul 3
Berikut ini Jurnal refleksi minggu ke-22 yang saya susun dengann model 6 topi (six thinking hats)
Sekilas Tentang Teknik Enam Topi
Model Six Thinking Hats ⟮Teknik Enam Topi) diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:
- Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.
- Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.
- Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.
- Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.
- Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.
- Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Topi hijau ⟮creativity): Saya akan lebih sering mengeksplorasi aset yang ada, berdiskusi dengan murid, rekan sejawat, dan kepala sekolah. Saya akan mengoptimalkan pemanfaatan modal yang ada untuk membuat perubahan pembelajaran.
Topi putih ⟮fact): Elaborasi Pemahaman Modul 3.2 bersama instruktur Fathuddin Muchtar, Membuat rancangan aksi nyata dalam Koneksi Antar Materi yang akan dilaksanakan dalam lingkup kelas, Berdiskusi tentang hambatan strategi dalam melaksanakan Aksi Nyata.
Topi kuning ⟮benefits): Saya memandang sesuatu dari sudut pandang pendekatan berbasis aset, sehingga yang nampak adalah kekuatan/ kelebihan rekan dan murid, potensi, modal, dan sumber daya sekolah dan lingkungan yang siap diberdayakan untuk mewujudkan sekolah ramah anak, murid merdeka, dan optimalisasi potensi murid.
Topi merah ⟮feelings): Saya merasa antusias belajar dan tertarik untuk menerapkan materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.Topi hitam ⟮cautions): Menghadapi rekan dengan karakter yang beragam dan tidak semua senang perubahan, yaitu dengan menunjukkan aksi nyata pembelajaran yang berpihak pada murid.
Selasa, 26 April 2022
Kamis, 21 April 2022
Tugas Modul 3.1.a.7
Demonstrasi Kontekstual
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita
pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu
keputusan. Namun, seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan
dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu
dengan yang lain?
Bagaimana pengalaman Anda dalam menghadapi
situasi seperti ini? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan
keputusan Anda? Kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, pernahkah Anda
menjadi ragu-ragu dan menanyakan diri Anda sendiri apakah keputusan yang
diambil telah tepat, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, atau timbul
pemikiran mengganjal dalam diri Anda seperti, ‘Apakah ini sesuai peraturan?’
atau ‘Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?’
Setelah mengikuti PGP angkatan
4 ini dan saya mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan dalam
pembelajaran, banyak pengetahuan yang harus saya pelajari yang berkaitan dengan
perbedaan bujukan moral dengan dilema etika. Secara sekilas sulit dibedakan apakah
kasus yang saya hadapi masuk ke bujukan moral atau dilema etika, butuh
pengujian pengambilan keputusan dengan penerapan 9 langkah yang harus di
lakukan.
Sebelum membahas tentang pertanyaan-pertanyaa pemandu dalam
penerapan Demonstrasi Kontekstual yang ada di modul 3.1.a.7 berikut ini saya
mencoba membuat sebuah ringkasan agar kita bisa memahami kembali pengertian
konsep dilema etika dengan bujukan moral serta bagaiman kita membuat sebuah
pengambilan keputusan yang memang tepat dan efektif.
A. Perbedaan Bujukan Moral dan Dilema Etika
Dalam pengambilan keputusan ada dua hal yang terjadi yaitu
bujukan moral dan dilema etika. Nah apakah perbedaan keduanya itu?
- Bujukan
moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana
seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah
keputusan.
- Dilema
etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana
seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam
mengambil sebuah keputusan.
B. Empat Paradigma dalam Pengambilan Keputusan
Dari
pengalaman kita bekerja pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa
dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika
kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari
yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan
hidup.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada
situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.
- Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
C. Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang
melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi
pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini.
(Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu.
- Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
D. Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa
keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.
Di bawah
ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan
menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya
beberapa nilai-nilai yang bertentangan.
- Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
- Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini.
- Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
- Pengujian
benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman
depan koran, dan uji panutan/idola.
- Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
- Melakukan
Prinsip Resolusi.
- Investigasi
Opsi Trilema.
- Buat
Keputusan.
- Lihat
lagi Keputusan dan Refleksikan.
Setelah memahami materi modul 3.1 di atas, berikut saya akan
membagikan tugas demonstrasi kontekstual. Adapun panduan pertanyaannya sebagai
berikut.
- Bagaimana
Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan
di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
- Apa
langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan
berdasarkan pemimpin pembelajaran?
- Mulai
kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok,
minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
- Siapa
yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi
Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat
dan efektif.
Saya akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut satu-persatu, berikut jawaban yang
dapat saya berikan antara lain
Setelah belajar setiap modul melalui alur MERRDEKA
yakni alur Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi , dan seterusnya.
Maka saya mendapatkan pemahaman baru yang tentunya akan saya terapkan terlebih
dahulu terhadap murid di kelas saya, selain itu saya akan bagikan dan imbaskan kepada
rekan guru di sekolah saya dan lingkungan sekitar saya. Karena dengan berbagi
maka ilmu yang akan kita miliki akan semakin berkembang dan bertambah. Selain
itu, kita juga dapat menginspirasi rekan-rekan yang lain untuk ikut melakukan
apa yang telah kita lakukan.
Adapun
cara yang akan saya lakukan dalam mentransfer dan membagikan pengetahuan yang saya
dapatkan dalam program guru penggerak ini yaitu:
1)
Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak yang telah didapatkan pertama
sekali kepada rekan guru di komunitas praktisi SMP Negeri 1 Paranginan yang
sudah dibentuk dan sudah berjalan secara kontiniu setiap sekali dalam seminggu.
Selain di komunitas praktisi saya juga akan mensosialisasikan kepada seluruh
rekan guru melalui rapat sosialisasi dewan guru di SMP Negeri 1 Paranginan.
2) Mensosialisasikan kepada rekan guru lain yang ada di
sekolah-sekolah terdekat di daerah saya antara lain SMP Negeri 2 Paranginan dan
SMP Negeri 3 Paranginan, dan juga kepada sekolah-sekolah dasar yang ada di
kecamatan Paranginan.
3) Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui tulisan-tulisan di blog saya
4) Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui video yang diupload ke channel youtube saya.
5) Berbagi pengetahuan tentang pengambilan keputusan melalui media sosial seperti Whatsapp, instagram dan facebook yang di dalamnya sudah ada group-group guru.
Langkah-langkah awal yang akan
saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Sebagai seorang
pemimpin pembelajaran di sekolah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar dengan
pembelajaran yang berpihak kepada murid, tentunya suatu waktu kita akan
dihadapkan pada situasi dilema untuk mengambil sebuah keputusan yang terbaik
dan menguntungkan semua pihak. Adapun langkah-langkah awal yang akan admin
lakukan yaitu:
1) Memastikan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan sudah sesuai dan sejalan dengan visi dan misi yang telah kita susun dan sepakati bersama.
2) Melakukan analisa terhadap situasi atau kasus yang admin hadapi disesuaikan dengan paradigma pengambilan keputusan.
3) Memilih salah satu atau mungkin ketiganya dari tiga prinsip pengambilan keputusan yang ada.
4) Melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
Penerapan pengambilan keputusan akan saya lakukan ketika saya menemukan studi kasus yang saya alami atau rekan guru lain yang sedang mengalami permasalahan dilema etika. Jika hari ini ditemukan sebuah kasus dilema etika di sekolah saya maka langsung kita dapat praktikkan langkah-langkah tersebut. Saya akan langsung membuat jadwal rencana pelaksanaan dengan menerapkan 4 paradima,3
prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah dalam pengujian keputusan.
Hal ini saya lakukan karena sebagai langkah awal saya dalam kegiatan berlatih dalam pengambilan keputusan agar kedepannya saya jika menjadi seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan tepat tanpa ada keraguan yang berkaitan dengan dilema etika di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Yang
akan menjadi pendamping saya, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran
Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya
kita lakukan sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan yang bisa kita
ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang
telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut saya
orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan anggota
komunitas praktisi teman sejawat di sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa,
siswa, komite sekolah, atau bisa juga pengawas sekolah.
Terimakasih.
Selasa, 12 April 2022
Selasa, 08 Maret 2022
JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-12
PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
Modul 2.2.A.10.1
By. Desmauli Lumbanbatu, S.Pd
MODEL DISCROLL
Model
ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll &
Teh, 2001).
Model yang dikenal dengan Model “What?” ini
pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai
variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih.
1)
WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)
2)
SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)
3)
NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)
1. WHAT
Minggu
ini saya memasuki modul 2.2 tentang
Pembelajaran Sosial dan Emosional yakni
pada alur merdeka belajar Mulai dari Diri
dan Eksplorasi Konsep. Sebelum alur
Mulai dari diri, saya kembali mengingat materi modul 1.1 tentang konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Eksplorasi konsep pada modul ini terdiri dari Eksplorasi Konsep secara mandiri
dan Eksplorasi Konsep Forum Diskusi, yakni mengenai kasus Bapak Eling dan
tentang kompetensi yang dibutuhkan dalam menyelesaian kasus nya.
Pada bagian mulai dari diri CGP
diminta membuat refleksi tentang peristiwa yang dialami terkait Emosi-Positif
(optimis, senang, cinta, bahagia, takjub, dan sebagainya) dan Emosi-Negatif
(marah, sedih, kecewa, menyesal, takut, dan sebagainya)
Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa
pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan
dunianya. Selaras dengan pemikiran Bapak Ki Hajar
Dewantara, Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran
penuh adalah upaya untuk menciptakan ekosistem sekolah yang
mendorong bertumbuhnya budi pekerti, selain aspek intelektual.
Melalui Pembelajaran
Sosial dan Emosional, murid diajak untuk menyadari, melihat,
mendengarkan, merasakan, serta mengalami berbagai pengalaman belajar yang
dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional. Guru perlu menyadari, mengelola, dan
menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam dirinya. Maka dari itu, hal
ini diupayakan agar guru dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional
murid secara optimal melalui suasana belajar serta proses yang sistematik,
menyeluruh, dan seimbang guna meningkatkan prestasi akademik siswa.
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.
Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di
sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional.
Tujuan
pembelajaran sosial dan emosional:
1.
memberikan
pemahaman, penghayatan, dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
2.
menetapkan
dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3.
merasakan
dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4.
membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
5. membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
2. SO WHAT
Setelah mengikuti pembelajaran ini saya merasa senang karena memperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya merasa tertantang untuk lebih jauh mendalami proses pembelajaran sosial dan emosional dengan belajar sungguh-sungguh serta berdiskusi dengan sesama CGP, fasilitator, dan instruktur. Hal ini juga termasuk bagaimana mengaplikasikan pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan lingkungan sekolah.Menurut
saya, Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat diterapkan dengan melaksanakan
kesadaran penuh (mindfulness) yang bertujuan untuk mewujudkan
kebahagiaan atau well-being. Kemudian, Pembelajaran
Sosial Emosional (PSE) berbasis
kesadaran penuh dapat melatih daya lenting/resiliensi guru, murid ,dan
komunitas sekolah. Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness)
dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat
memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran,
rasa ingin tahu (tanpa menghakimi), dan kebaikan hati (compassion) yang
akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan
sulit. Menurut saya, guru yang rentan stres akan berdampak pada tingkat
stres siswa dan stres siswa berdampak pada hasil belajar. Siswa akan belajar
lebih baik dalam situasi yang lebih positif secara emosional.
Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin. Mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini, memunculkan empati untuk memahami situasi yang terjadi, serta mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dengan hadir secara penuh. Guru akan memilih untuk bertanya pada murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid. Koneksi, rasa aman, dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar mengajar yang kondusif serta mendorong guru untuk membuat keputusan yang lebih responsif.
3. SO WHAT
1.
N Hal yang saya akan lakukan setelah pembelajaran ini adalah menerapkan mindfulness (kesadaran penuh) pertama pada diri sendiri sehingga suasana hati saya selalu senang dan bahagia. Well-being yang saya miliki tentunya akan memudahkan saya dalam melaksanakan tugas dengan optimal. Kemudian, saya juga akan menerapkan mindfulness kepada murid saya. Menurut saya, lingkungan belajar dan suasana belajar yang kondusif akan membantu tumbuhnya kesadaran diri murid tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, dan nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik. Murid dengan tingkat well-being yang optimum lebih mungkin memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting atau resiliensi) dalam menghadapi stress, serta terlibat dalam dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab. Ketika guru dapat mengubah susasana di kelas dengan lebih positif, maka seluruh bagian yang mengambil peran di kelas pun dapat berubah. Menurut saya, tujuan akhirnya bukan untuk memperkenalkan mindfulness sebagai intervensi berbasis strategi, tetapi untuk mengubah keseluruhan suasana, gaya bicara, dan kualitas interaksi sehingga lebih kondusif untuk kesehatan dan keutuhan guru dan siswa.