Senin, 20 Juni 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke 23









Model 4C : Connection, Challenge, Concept, Change 

Jurnal refleksi di minggu ini penulis akan merefleksi menggunakan Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Berikut adalah deskripsi jurnal refleksi minggu 23 menerapkan model 4C:

 

1. Connection

Sudah kita ketahui bahwa sebagai guru penggerak memiliki beberapa peran  diantaranya : 1) menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya; 2) Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah; 3) Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah; 4) Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; dan 5) Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. Kesemua peran tersebut sangat memiliki korelasi dengan dengan modul 3.3. pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Keterkaitanya yaitu guru penggerak berperan menggerakan guru lain untuk membuat komunitas belajar yang akan saling bahu membahu menyusun dan merancang sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang disusun dalam komunitas belajar adalah program yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap murid seperti dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada diri murid. guru penggerak bersama guru lain dan pemangku kebijakan duduk bersama membuka ruang diskusi dan berkolaborasi merancang ekosistem pendidikan yang memberikan ruang pada murid untuk bisa mengembangkan dirinya secara maksimal dalam kegiatan yang telah dirancang dalam program yang berdampak pada murid.  Program yang disusun bersama dalam komunitas perubahan yang menjadikan anak memiliki kenyamanan, ketenangan dan dan kebahagian dalam melakukan setiap kegiatan yang terakomodir dalam program tersebut.


2. Challenge

Selama ini dalam menjalankan sebuah program sebenarnya sekolah sudah mengetahui adanya tahapan dalam pelaksanaan program yaitu Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, Laporan) hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan kebiasaannya tidak secara sempurna dilaksanakan. Faktanya hanya menjalankan tahap monitoring dan evaluasi. Padahal learning dan reporting merupakan tahapan yang penting yang tidak boleh dilalui.

Dalam learning digunakan untuk berpikir dan merefleksikan situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Dalam learning juga membahas aspek utama dari apa yang perlu dipertimbangkan ketika meninjau suatu pengalaman. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari refleksi perlu ditinjau kembali pemikiran yang dimiliki.

Dalam laporan digunakan sebagai media untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambil. Maka sangat penting membuat sebuah laporan yang dapat dipertanggung jawabankan. Laporan yang tidak menimbulkan kecurigaan khalayak umum. Laporan yang menjadikan setiap warga sekolah bertanggung jawab terhadap program tersebut.

Selain itu yang sering tidak dilakukan adalah memenejemen resiko secara matang.  Salah satu hal yang harus dilakukan dalam merencanakan program. Menejemen resiko ini merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah.


3. Concept


3.3.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Assignment

Menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari mengenai tahapan pengelolaan program. Merancang pengelolaan program dengan melibatkan orang tua dan komunitas.

 B :   Buatlah pertanyaan untuk mengarahkan kita kepada penelusuran hal-hal yang akan kita lakukan

 A  :  Ceritakan dan tuliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang berhubungan dengan           topik bahasan (kepemimpinan siswa (murid) di sekolah)

 G :   Buat gambaran rinci kondisi ideal atau mimpi kita terkait topik bahasan:

  •     Kepemimpinan seperti apa yang dibayangkan ada dalam diri siswa (murid)
  •     Perilaku apa saja yang ada pada siswa (murid) dengan kepemimpinan yang baik
  •     Perilaku guru seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa
  •     Perilaku kepala sekolah seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa
  •     Perilaku orang tua seperti apa yang mendorong kepemimpinan siswa
  •     Hal apa saja yang perlu dimiliki untuk meningkatkan kepemimpinan siswa

J :  Membuat cara/strategi mencapai mimpi-mimpi yang sudah kita tuliskan: 

  •  Rencana/strategi apa yang perlu dilakukan (siapa melakukan apa)?
  •  Bagaimana memonitor dan mengevaluasi rencana tersebut (bisa melihat format kerangka Monev)

 A :  Menentukan tim inti program:

  •  Siapa koordinator/penanggung jawab pelaksanaan program 
  •  Siapa yang bertugas memonitor dan mengevaluasi jalannya program 
  •  Siapa yang bertugas membuat laporan program
  •  Bagaimana cara komunikasi/koordinasi yang dilakukan tim (melalui pertemuan (diskusi), rapat               mingguan/bulanan dll) untuk memberi kabar satu sama lain tentang jalannya program

 

Kerangka Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran

  • Pertanyaan Kunci

          Pertanyaan Kunci Evaluasi Program (Diisi dengan pertanyaan utama yang menjadi tujuan evaluasi)

  •  Fokus Monitoring

           - Monitoring Diisi dengan pilihan aktivitas-aktivitas atau tujuan antara program (outcomes) yang akan                  dipantau/dimonitor sepanjang pelaksanaan program, hal ini yang akan digunakan sebagai data untuk                   evaluasi program. 

           - Pertimbangan Pemilihan Diisi dengan alasan pemilihan aktivitas atau tujuan antara (outcomes) program

            - Pertanyaan Utama Monitoring Diisi dengan pertanyaan untuk menggali fokus monitoring yang                            berpengaruh pada tujuan program

 

  •    Metode Penggalian

             - Data Pertanyaan Monitoring Diisi dengan pertanyaan Utama Monitoring 

             - Sumber Informasi Diisi dengan pihak/aktor yang berkaitan dengan pertanyaan monitorin

             - Metode Diisi dengan metode untuk penggalian data kepada sumber informasi Contoh: kajian                             evaluasi, observasi, wawancara, kuesioner/survey

             - Kapan/ Bagaimana Diisi dengan waktu penggalian informasi

  •    Strategi Pengolahan Data 

          -  Pertanyaan Monitoring, Diisi dengan pertanyaan monitoring dan pertanyaan tambahan tentang tim                       pengelola  program.

         -  Data yang terkumpul, Diisi dengan data dan informasi yang menjawab pertanyaan monitoring tersebut,                dari berbagai metode.

         -  Kesimpulan, Diisi kesimpulan yang dapat ditarik untuk menjawab pertanyaan monitoring dari data dan                informasi yang ada pada kolom kedua

         -  Catatan Khusus, Pengecualian, dll

             Bila ada catatan khusus yang memberikan nuansa atas kesimpulan yang ditarik, catat di kolom.

 

Pembelajaran Program

Faktor-Faktor Pendukung Pelaksanaan Program Diisi dengan hal-hal yang mendukung keberhasilan program

Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Diisi dengan hal-hal yang menghambat pencapaian program

 

Program Pembelajaran

Diisi dengan hasil refleksi dan temuan-temuan signifikan selama pelaksanaan program

- Pelaporan Program

- Gambaran Umum Program:

- Deskripsi Pelaksanaan Program:

  •  Waktu Pelaksanaan
  •  Strategi Pelaksanaan Program
  •  Faktor Pendukung dan Penghambat Program
  •  Hasil Pelaksanaan Program Evaluasi Program: Pembelajaran Program

 

3.3.a.8. Elaborasi Pemahaman - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Questionnaire

Mengkonfirmasi miskonsepsi dan pertanyaan yang berhubungan dengan proses pembuatan program sekolah yang berdampak pada murid.

3.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Assignment

Membuat perencanaan Feedback dari fasilitator dan menarik kesimpulan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 3.3 dalam berbagai media.

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Assignment

mempraktikkan proses pembuatan program yang berdampak pada murid.

 

4. Change

  • Memetakan asset yang dimiliki sekolah
  • Memanfaatkan asset tersebut untuk mendukung keterlaksanaan program sekolah yang berdampak pada murid
  • Menyusun program sekolah yang berdampak pada murid dengan berbasis aset
  • Memenejemen risiko untuk meminimalisir datangnya kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan.


Demikian jurnal refleksi minggu ke-23 - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid, semoga bermanfaat. Salam Guru Penggerak






 

Rabu, 15 Juni 2022

Jurnal Refleksi Minggu - 22

 


Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak pada minggu ke 22 ini berada pada tahap modul 3.2 yakni telah hampir sampai di ujung paket modul 3

Berikut ini Jurnal refleksi minggu ke-22 yang saya susun dengann model 6 topi (six thinking hats)

Sekilas Tentang Teknik Enam Topi

Model Six Thinking Hats  ⟮Teknik Enam Topi) diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:

  1. Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.
  2. Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.
  3. Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.
  4. Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.
  5. Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.
  6. Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.




Topi biru ⟮process): Dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan sumber daya yang ada dan menggunakan pendekatan berbasis aset, saya dapat membuat perubahan pembelajaran di lingkup kelas dengan mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset sekolah.

Topi hijau ⟮creativity): Saya akan lebih sering mengeksplorasi aset yang ada, berdiskusi dengan murid, rekan sejawat, dan kepala sekolah. Saya akan mengoptimalkan pemanfaatan modal yang ada untuk membuat perubahan pembelajaran.

Topi putih ⟮fact): Elaborasi Pemahaman Modul 3.2 bersama instruktur  Fathuddin Muchtar, Membuat rancangan aksi nyata dalam Koneksi Antar Materi yang akan dilaksanakan dalam lingkup kelas, Berdiskusi tentang hambatan strategi dalam melaksanakan Aksi Nyata.

Topi kuning ⟮benefits): Saya memandang sesuatu dari sudut pandang pendekatan berbasis aset, sehingga yang nampak adalah kekuatan/ kelebihan rekan dan murid, potensi, modal, dan sumber daya sekolah dan lingkungan yang siap diberdayakan untuk mewujudkan sekolah ramah anak, murid merdeka, dan optimalisasi potensi murid.

Topi merah ⟮feelings): Saya merasa antusias belajar dan tertarik untuk menerapkan materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.Topi hitam ⟮cautions): Menghadapi rekan dengan karakter yang beragam dan tidak semua senang perubahan, yaitu dengan menunjukkan aksi nyata pembelajaran yang berpihak pada murid.



Kamis, 21 April 2022

 Tugas Modul 3.1.a.7

Demonstrasi Kontekstual

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan. Namun, seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain? 

Bagaimana pengalaman Anda dalam menghadapi situasi seperti ini? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan keputusan Anda? Kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, pernahkah Anda menjadi ragu-ragu dan menanyakan diri Anda sendiri apakah keputusan yang diambil telah tepat, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, atau timbul pemikiran mengganjal dalam diri Anda seperti, ‘Apakah ini sesuai peraturan?’ atau ‘Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?’

Setelah mengikuti PGP angkatan 4 ini dan saya mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan dalam pembelajaran, banyak pengetahuan yang harus saya pelajari yang berkaitan dengan perbedaan bujukan moral dengan dilema etika. Secara sekilas sulit dibedakan apakah kasus yang saya hadapi masuk ke bujukan moral atau dilema etika, butuh pengujian pengambilan keputusan dengan penerapan 9 langkah yang harus di lakukan.

Sebelum membahas tentang pertanyaan-pertanyaa pemandu dalam penerapan Demonstrasi Kontekstual yang ada di modul 3.1.a.7 berikut ini saya mencoba membuat sebuah ringkasan agar kita bisa memahami kembali pengertian konsep dilema etika dengan bujukan moral serta bagaiman kita membuat sebuah pengambilan keputusan yang memang tepat dan efektif.

A. Perbedaan Bujukan Moral dan Dilema Etika

Dalam pengambilan keputusan ada dua hal yang terjadi yaitu bujukan moral dan dilema etika. Nah apakah perbedaan keduanya itu?

  • Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. 
  • Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.

B. Empat Paradigma dalam Pengambilan Keputusan

Dari pengalaman kita bekerja pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

C. Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu. 

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

D. Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  6. Melakukan Prinsip Resolusi.
  7. Investigasi Opsi Trilema.
  8. Buat Keputusan.
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

 

Setelah memahami materi modul 3.1 di atas, berikut saya akan membagikan tugas demonstrasi kontekstual. Adapun panduan pertanyaannya sebagai berikut.

  • Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
  • Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
  • Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
  • Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut satu-persatu, berikut jawaban yang dapat saya berikan antara lain

Setelah belajar setiap modul melalui alur MERRDEKA yakni alur Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi , dan seterusnya. Maka saya mendapatkan pemahaman baru yang tentunya akan saya terapkan terlebih dahulu terhadap murid di kelas saya, selain itu saya akan bagikan dan imbaskan kepada rekan guru di sekolah saya dan lingkungan sekitar saya. Karena dengan berbagi maka ilmu yang akan kita miliki akan semakin berkembang dan bertambah. Selain itu, kita juga dapat menginspirasi rekan-rekan yang lain untuk ikut melakukan apa yang telah kita lakukan.

 

Adapun cara yang akan saya lakukan dalam mentransfer dan membagikan pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak ini yaitu:

 1) Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak yang telah didapatkan pertama sekali kepada rekan guru di komunitas praktisi SMP Negeri 1 Paranginan yang sudah dibentuk dan sudah berjalan secara kontiniu setiap sekali dalam seminggu. Selain di komunitas praktisi saya juga akan mensosialisasikan kepada seluruh rekan guru melalui rapat sosialisasi dewan guru di SMP Negeri 1 Paranginan.

2) Mensosialisasikan  kepada rekan guru lain yang ada di sekolah-sekolah terdekat di daerah saya antara lain SMP Negeri 2 Paranginan dan SMP Negeri 3 Paranginan, dan juga kepada sekolah-sekolah dasar yang ada di kecamatan Paranginan.

3)  Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui tulisan-tulisan di blog saya

4) Mensosialisasikan materi-materi program guru penggerak melalui video yang diupload ke channel youtube saya. 

5) Berbagi pengetahuan tentang pengambilan keputusan melalui media sosial seperti Whatsapp, instagram  dan facebook yang di dalamnya sudah ada group-group guru.

Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah sebagai berikut:

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid, tentunya suatu waktu kita akan dihadapkan pada situasi dilema untuk mengambil sebuah keputusan yang terbaik dan menguntungkan semua pihak. Adapun langkah-langkah awal yang akan admin lakukan yaitu: 

1) Memastikan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan sudah sesuai dan sejalan dengan visi dan misi yang telah kita susun dan sepakati bersama.

2) Melakukan analisa terhadap situasi atau kasus yang admin hadapi disesuaikan dengan paradigma pengambilan keputusan.

3) Memilih salah satu atau mungkin ketiganya dari tiga prinsip pengambilan keputusan yang ada.

4) Melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.  

Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Penerapan pengambilan keputusan akan saya lakukan ketika saya menemukan studi kasus yang saya alami atau rekan guru lain yang sedang mengalami permasalahan dilema etika. Jika hari ini ditemukan sebuah kasus dilema etika di sekolah saya maka langsung    kita dapat praktikkan langkah-langkah tersebut. Saya akan langsung membuat jadwal rencana pelaksanaan dengan menerapkan 4 paradima,3

prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah dalam pengujian keputusan.

Hal ini saya lakukan karena sebagai langkah awal saya dalam kegiatan berlatih dalam pengambilan keputusan agar kedepannya saya jika menjadi seorang pemimpin bisa mengambil keputusan dengan tepat tanpa ada keraguan yang berkaitan dengan dilema etika di lingkungan sekolah maupun masyarakat.


Yang akan menjadi pendamping saya, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut saya orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan anggota komunitas praktisi teman sejawat di sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, komite sekolah, atau bisa juga pengawas sekolah. 

 

Terimakasih.


 

Selasa, 08 Maret 2022

 JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-12

PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Modul 2.2.A.10.1

 By. Desmauli Lumbanbatu, S.Pd

 

MODEL DISCROLL 

Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001).

 Model yang dikenal dengan Model “What?” ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih.

1) WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

2) SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

3) NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

 

1.      WHAT 

Minggu ini saya memasuki modul 2.2  tentang Pembelajaran Sosial  dan Emosional yakni pada alur merdeka belajar  Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep.  Sebelum alur Mulai dari diri, saya kembali mengingat materi modul 1.1 tentang  konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Eksplorasi konsep pada modul ini terdiri dari Eksplorasi Konsep secara mandiri dan Eksplorasi Konsep Forum Diskusi, yakni mengenai kasus Bapak Eling dan tentang kompetensi yang dibutuhkan dalam menyelesaian kasus nya.

Pada bagian mulai dari diri CGP diminta membuat refleksi tentang peristiwa yang dialami terkait Emosi-Positif (optimis, senang, cinta, bahagia, takjub, dan sebagainya) dan Emosi-Negatif (marah, sedih, kecewa, menyesal, takut, dan sebagainya)

Ki Hajar Dewantara  menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya. Selaras dengan pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara,  Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh adalah upaya untuk  menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong  bertumbuhnya budi pekerti, selain aspek intelektual. Melalui Pembelajaran Sosial dan Emosional, murid diajak untuk  menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, serta mengalami  berbagai pengalaman belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Guru perlu menyadari, mengelola, dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam dirinya. Maka dari itu, hal ini diupayakan agar guru dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal melalui suasana belajar serta proses yang sistematik, menyeluruh, dan seimbang guna meningkatkan prestasi akademik siswa.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuanketerampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

 

Tujuan pembelajaran sosial dan emosional:

1.      memberikan pemahaman, penghayatan, dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2.      menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3.      merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4.      membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5.      membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) 

2.      SO WHAT

Setelah mengikuti pembelajaran ini saya merasa senang karena memperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya merasa tertantang untuk lebih jauh mendalami proses pembelajaran sosial dan emosional dengan belajar sungguh-sungguh serta berdiskusi dengan sesama CGP, fasilitator, dan instruktur. Hal ini juga termasuk bagaimana mengaplikasikan pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan lingkungan sekolah.

Menurut saya, Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat diterapkan dengan melaksanakan kesadaran penuh (mindfulness) yang bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan atau well-being. Kemudian, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)  berbasis kesadaran penuh dapat melatih daya lenting/resiliensi guru, murid ,dan komunitas sekolah. Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi), dan kebaikan hati (compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit. Menurut saya, guru yang rentan stres akan berdampak pada tingkat stres siswa dan stres siswa berdampak pada hasil belajar. Siswa akan belajar lebih baik dalam situasi yang lebih positif secara emosional.






Hubungan antara Mindfulness dengan kompetensi sosial emosional

Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin. Mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini,  memunculkan empati untuk memahami situasi yang terjadi, serta mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dengan hadir secara penuh.  Guru akan memilih untuk bertanya pada murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid. Koneksi, rasa aman, dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar mengajar yang kondusif serta mendorong guru untuk membuat keputusan yang lebih responsif.

3.     SO WHAT

1.

 N  Hal yang saya akan lakukan setelah pembelajaran ini adalah menerapkan mindfulness (kesadaran penuh) pertama pada diri sendiri sehingga suasana hati saya selalu senang dan bahagia. Well-being yang saya miliki tentunya akan memudahkan saya dalam melaksanakan tugas dengan optimal.  Kemudian, saya juga akan menerapkan mindfulness kepada murid saya. Menurut saya, lingkungan belajar dan suasana belajar yang kondusif akan membantu tumbuhnya kesadaran diri murid tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, dan nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik. Murid dengan tingkat well-being yang optimum lebih mungkin memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting atau resiliensi) dalam menghadapi stress, serta terlibat dalam dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab. Ketika guru dapat mengubah susasana di kelas dengan lebih positif, maka seluruh bagian yang mengambil peran di kelas pun dapat berubah. Menurut saya, tujuan akhirnya bukan untuk memperkenalkan mindfulness sebagai intervensi berbasis strategi, tetapi untuk mengubah keseluruhan suasana, gaya bicara, dan kualitas interaksi sehingga lebih kondusif untuk kesehatan dan keutuhan guru dan siswa.