Minggu, 05 Juni 2016

Teka Teki Sains



Intelegensi


Oleh : Desmauli Lumbanbatu, S.Pd

I.      PENGERTIAN INTELEGENSI

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 

WangmubaMateri PsikologiPsikologi UmumInteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi

Intelegensi menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang.Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang.Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.


II.    JENIS-JENIS INTELEGENSI

Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple Intelligence ‘kecerdasan majemuk’ yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner.

Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis.

II.1 Kecerdasan Linguistic-Verbal

Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.
c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.
d. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
e. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.
f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.
g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya.

II.2. Kecerdasan Logika-Matematik

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
b. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
c. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
d. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.
e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.

Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.

3. Kecerdasan Spasial-Visual

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.


Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a.     Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
b.    Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
c.     Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
d.    Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
e.    Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.
f.      Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
g.     Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.

4. Kecerdasan Ritmik-Musik

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.

Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih sayang untuk orang lain.

Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.
b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
c. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
e. Mampu menciptakan komposisi musik.
f. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
g. Menyukai dan mampu bernyanyi.
h. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
i. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.

5. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik.

Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.





Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a.    Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
b.    Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
c.     Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.
d.    Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
e.    Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
f.     Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain.

Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.
b) Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
c) Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
d) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
e) Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
f)  Mau melihat sudut pandang orang lain.
g) Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

7. Kecerdasan Intrapersonal.

Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.

Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a) Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
b) Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
c) Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
d) Mengembangkan konsep diri dengan baik.
e) Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
f) Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.
g) Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.

Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

8. Kecerdasan Naturalis.

Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.

Menurut Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis tinggi.


Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
b. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
c. Mampu mengenali pola di antara spesies.
d. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
e. Senang memelihara tanaman, hewan.
f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.

Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner, menambahkan dan menjelaskan kecerdasan ke-9, yaitu:

9. Kecerdasan Eksistensial (kecerdasan makna)

Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.


III.  PENGUKURAN INTELEGENSI

Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan perkiraan melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Walgito (1997) (dalam Khadijah, 2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes intelegensi adalah Binet.

Masyarakat umum seringkali menyamakan istilah IQ dengan intelegensi, padahal keduanya berbeda. Intelegensi adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang (kecerdasan individu sebenarnya yang sifatnya pembawaan/hereditas), sedangkan IQ adalah suatu ukuran tingkat kecerdasan seseorang.
Alat yang dianggap paling akurat mengukur kecerdasan seseorang adalah tes IQ, yang tentu saja bila dilakukan secara benar dan dengan orang yang tepat (orang yang diukur kecerdasannya dan psikolog sebagai orang yang tepat melakukan tes IQ bagi seseorang). Hanya saja karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya  tidak konkret, maka tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan intelegensi seseorang.


Macam-macam tes intelegensi,antara lain:
a.       Tes Binet Simon;
b.      Brightness test atau tes Mosselon yaitu tes three words (tes 3 kata); 
c.       Telegram test, yaitu tes membuat berita dalam bentuk telegram;
d.      Definitie, yaitu tes mendefinisikan sesuatu;
e.      Wiggly test,yaitu tes menyusun kembali balok-balok kecil seperti semula.
f.        Stenguest test, yaitu tes mengamati suatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian diminta membentuk kembali;
g.       Absurdity test, yaitu tes mencari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita;
h.      Medallion test, yaitu tes menyelesaikan gambar yang belum jadi atau baru sebagian;
i.         Educational test (scholastik test), yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.

Berdasarkan cara tes yang disebut tes binet-simon sebagai tes intelegensi yang pertama  muncul, memperhitungkan 2 hal dalam melakukan tes, yaitu :
(1)Umur Kronologis (Cronological Age atau CalenderAge atau CA) yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari kelahirannya.
(2) Umur mental (mental age disingkat MA) yaitu umur kecerdasansebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik.

Perbandingan kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur kronologis.

IQ = (MA/CA) x 100%
 
Sehingga dapat dirumuskan :


Caranya :
1)    Berikan soal-soal yang sesuai tingkat umur;
2)    Tiap pertanyaan (dalam soal) dinilai betul/salah;
3)    Tentukan jumlah soal untuk tingkat umur;
4)    Jumlahkan nilai tiap kelompok soal;
5)    Berikan soal-soal untuk umur dibawahnya, sehingga soal terjawab;
6)    Pada kelompok soal tingkat umur yang sudah terjawab kita hentikan;
7)    Berikan pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya, pada saat anak tersebut tidak dapat menjawab semua pertanyaan, baru dihentikan;
8)    Nilai jawaban yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA);
9)    Hasil angka akhir setelah dihitung dengan rumus, itulah IQ.

Angka akhir tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas pedoman Simon,yaitu :

ANGKA
KETERANGAN
90 – 110
Normal
120
Cerdas
130
Superior
140
Genius
60 – 79
Debil
40 – 55
Embisil
30 - 25
Idiot

IV.      FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Taraf Intelegensi Menurut Bayley
a. Keturunan. Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai 3 tahun sampai dengan remaja.
c. Lingkungan hidup Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya.
d. Kondisi fisik Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.
e. Iklim emosi Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.

V.   HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN BERBAGAI HAL

Dalam bahasan ini akan dijelaskan beberapa poin tentang hubungan intelegensi dengan berbagai hal dalam kehidupan.

1. Hubungan intelegensi dengan tingkat kelompok jabatan
Super dan Cities menyimpulkan bahwa makin tinggi tingkat kelompok jabatan, makin tinggi rata-rata IQ-nya.



2. Hubungan intelegensi anak-anak dengan intelegensi orang tua mereka.
Schienfield menyatakan tentang hereditas intelegensi (apa yang diwariskan oran tua kepada anaknya) selain adanya pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan perkembangan intelegensi anak (stimulasi orang tua) seperti yang dikemukakan olehFitzegerald dan McKinney.

3. Hubungan kondisi jasmani terhadap intelegensi seseorang.
Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat jasmaninya dan pertumbuhannya lebih subur dibandingkan dengan orang-orang yang ber-IQ rendah.

4. Pengaruh pendidikan pada tingkat intelegensi.
Prof.Irving Lorge (1945) dari universitas California menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula skor IQ-nya, disamping adanya faktor lain seperti lingkungan keluarga, sosial, minat belajar, keperibadian, dan sebagainya.


Dalam kaitannya dengan film, intelegensi memegang peranan penting dalam hal sumber daya manusia. Pemahaman pada dunia film baik seni, teknologi mapupun industrinya membutuhkan tingkat kecerdasan yang cukup.

Contoh film yang berkisah tentang tokoh dengan kemampuan intelegensi, antara lain  :

PB.jpgBM.jpgForest Gump (1994) dan A Beautiful Mind (2001)                         The Landmower Man (1992)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menghadapi berbagai masalah atau mencapai tujuan dalam hidup seseorang.

Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.  Dengan demikian orang yang lebih cerdas, seharusnya mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas.

Warna Sebagai Citra Estetika Budaya Indonesia


Oleh : Desmauli Lumbanbatu, S.Pd

Karya seni tradisional, yang berwujud dalam pakaian adat, alat musik tradisional, senjata adat, artefak kebudayaan, aksesoris-aksesoris yang melengkapi keadatan, mengandung unsur-unsur warna yang menambah kesan estetik dalam karya seni tradisonal.Selain itu dari warna itu juga menyimpan filosofi yang berhubungan dengan supranatural (adikodrati), atau ada kekuatan tertentu yang menguasai bagian diri alam raya.
            Dominan yang selalu ada disetiap daerah yang ada diindonesia adalah warna putih, hitam, dan merah bagi umumnya suku bangsa di Indonesia merupakan warna bernilai sombolis. Susuna warna bernilai  simbolis yang masih dipergunakan pada beberapa karya seni dan suku bangsa di Indonesia.
            Penelitian tentang warna kedaerahan telah dilakukan sejak tahun 1978 dan dilanjutkan pada tahun 1982, yang pertama tentang “Desain Warna Susunan dan Fungsinya” yaitu pada tahun (1878) dan yang kedua “Susunan Warna Lokal Di Beberapa Daerah Indonesia” (1982). Melalui Institut Teknologi Bandung Proyek Pengembangan Ilmu dan Teknologi, Dirjen Dikti, Dept. Dikbud.
            Untuk melengkapi pemahaman kita mengenai warna sebagai citra estetika kebudayaan Indonesia. Penulis akan membahas beberapa filosofi warna dari budaya di Indonesia.
A.                Suku Batak
Pada pembahasan ini kita akan mengambil karya seni tradisional batak yaitu ulos dan ukiran suku batak yaitu Gorga.
A.1      Ulos
Motif-motif hiasan dan warna yang ditampilkan pada ulos tertentu memberikan makna tertentu pula dalam pandangan masyarakat suku batak. Untuk mempersempit pembahasan kita mengambil salah satu jenis ulos yaitu Ragi Idup, dengan motif dan watna putih menyebabkan ulos ini mempunyai nilai yang tinggi, dipandang suci, lambing dari kehidupan, dana memberi semacam ketenagnan, kekuatan dalam menghadaip cobaan hidup bagi yang memilikinnya.
Upacara adat dalam rangka daur hidup terkait dengan pemberian ulos dan juga pada upacara memasuki rumah baru.Uapacara daur hidup itu terkait dengan pemberian ulos dan juga pada upacra memasuki rumah baru.Upacara daur hidup itu adalah misalnya upacara masa kehamilan.Upacara kelahiran, upacara naik sidi, upacara perkawinan, uapcara kematian, uapcara menggali kuburan. Pemberian ulos itu melibatkan unsur dalihan na tolu.
Masing-masing warna mengandung makna “kematian”, “kehidupan dan kesucian”, dam atribut Batara Guru ang menguasai dunia bawah. Ulos dipandang memberi kehangtan (halason) bagi badan dan jiwa. Halason berasal dari kata las atau “panas”, tetapi bermakna suka-cita, dorongan kuasa, kekautan, dan dapat membangkutkan semangat dan filosofi ini semua tergambarkan dalam warna merah dari ulos.        
            A.2      Gorga
Warna yang paling mencolok pada orang batak suku batak adalah terpancar pada ornament atsitektur rumah adat. Dimana 3 unsur warna ini selalu menghiasi ornament rumah adat batak. Pertama warna putih, merah, dan hitam dan ini adala warna utama dan dominan suku batak.Yang terpatri dalam ragam rias, seperti pada warna gorga di ruma batak (ukiran di rumah adat batak) dan perangkat music gondang.
Ketiga warna tersebut juga mempunyai makna dan simbolisme khusu menurut keprcayaan religi suku batak kuno, yaitu: Putih sebagai perlambang kesucian, kebenaran, kejujuran, dan ketulusan (sohaliapan, sohapurpuran), juga symbol kosmologi Benua Ginjang (dunia atas) Merah sebagai perlambang ketuatan (hagogoan) dan keberanian, symbol Benua Tonga (dunia tengah). Hitam sebagai perlambang kerahasian (hahomion), kewibawaan dan kepemimpinan, symbol Banua Toru (dunia bawah).
B.                 Minang Kabau
Tiga warna kebesaran minangakabau atau di sebut juga MARAWA yang menjadi warna khas di minangkabau atau provinsi sumatera barat. Marawa (umbul-umbul) di sumatera barat yang terdiri tiga warna yaitu hitam, merah, kuning, merupakan lambing atau percerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo yang ada di wilayah provinsi sumatera barat.
Warna kuning, melambangkan Luhak Tanah datar (Batusangkar) dengan makna (aianyo janiah, ikannyo jinak dan buminyo dingin = air nya jernih ikannya jinak buminya dingin). Warna merah melambangkan Luhuk Agam (bukit tinggi) dengan makna (aiah nyo karuah, ikannyo liah dan buminyo hangek = airnya keruh ikannya liar bumunya hangat) dan sedangkan warna hitam melambangkan Luhuk Lumopuluh Koto (aia nyo manih, ikannyo banyak dan buminyo tawa = ainya manis ikanya banyak buminya tawar.
Setiap warna-warna Marawa tersebut diatas juga mempunyai arti sendiri tidak terkecuali tiangnya, yaitu: 1.Marawa Kebesaran Adat Minangkabau(Empat Warna) Tiang: Melambangkan mambasuik dari bumi. Hitam: Melambangkan tahan tapi mempunyai akal dan budi Kuning: Melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum, Merah: Melambangkan keberanian, punya raso jo pareso (rasa dan perasa) Putih: Melambangkan kesucian, punya alur dan patut. Sedang kan tata cara pemakaian MARAWA empat warna tersebut adalah: Pertama dipakai atau dipasang ketika upacara adat kebesaran Ninik Mamak Pemangku Adat (urang ampek jinih dan jinih nan ampek). Kedua dipakai atau dipasang ketika pelantikan/pengambilan sumpah penghulu, manti, malin dubalang dan sebagainya.2.Marawa tiga warna, hitam merah kuning, dipakai untuk acara2 masyarakat seperti pesta pernikahan dan hari2 besar agama Islam dan hari2 besar Nasional.

C.                Bali
Falsafah warna Bali disebut “Panca Maha Butha”, bersumber dari falsafah hinduisme, unsurnya terdiri dari air, api, udara, tanah, dan angkasa (akasa).Susunan warnanya dinamakan “Rajah Nawasanga” , terdiri dari 9 warna, yang dihubungkan dengan nama dewa dan arah mata angin. Skema warnanya cenderung ke arah warna muda (tint).
Peran warna hitam dan putih di Bali cukup penting.Sebagai simbol rwa bhineda, yaitu perbedaan yang mengatur keseimbangan dunia (dua sisi kehidupan, baik-buruk, terang-gelap).Catur warna di Bali simbol golongan masyarakat tertentu
1.      Putih = warna Brahmana
2.      Merah = warna Ksatriya
3.      Kuning = warna Wesya
4.      Hitam = warna Sudra

D.             Suku Dayak
Untuk memahami maksud dan arti warna batu pada manik-manik Dayak sebenarnya tergantung warna manik itu sendiri, manik-manik yang dihadirkan dalam setiap upacara tradisional Suku Dayak umumnya berwarna merah, hijau, kuning, biru dan putih. Setiap warna memiliki arti dan keistimewaan berbeda-beda, sebab itulah dalam masyarakat Dayak, jika warna manik batu merah maka ini merupakan simbol makna semangat hidup, jika manik batu warna biru memiliki makna sumber kekuatan dari segala penjuru yang tidak mudah luntur, jika warna kuning maka makna simbolisasi manik batu ini menggambarkan keagungan dan keramat, kemudian jika warna sebuah manik batu adalah hijau ini memiliki makna kelengkapan dan intisari alam semesta, sedangkan jika warna manik batu adalah putih maka ia simbolisasi sebuah makna gambaran lambang kesucian iman seseorang kepada sang pencipta.
E.                 Yogyakarta
Penggunaan warna telah terpola oleh peraturan yang tidak tertulis dari keraton, karena kebudayaan Jawa berpusat di keraton.Kuning adalah lambang keraton/sultan.
Hitam, cokelat, putih, atau biru tua menjadi warna-warna batik tradisional.Merah biasanya muncul pada pertunjukan wayang kulit.
Warna batik tradisional Yogyakarta melambangkan sifat dan nafsu manusia, warna tersebut ada tiga yaitu coklat, putih, dan hitam sebagai warna utama dalam batik tradisional Yogyakarta.Warna coklat melambangkan pribadi yang hangat, terang alami, rendah hati, bersahabat, kebersamaan, tenang dan sentosa sesuai dengan masyarakat Jawa yang mengutamakan rasa dalam segala tindak-tanduknya.Warna putih melambangkan pribadi yang suci, polos, lugu, jujur, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, dan terang yang melambangkan sifat religius masyarakat Jawa.Warna hitam melambangkan pribadi yang gelap, misteri, kukuh, formal, dan memiliki keahlian.
Motif batik tradisional Yogyakarta memiliki makna tertentu dalam setiap bentuknya dan dipakai saat upacara tertentu. Motif grompol yang berarti berkumpulnya segala yang baik, motif truntum yang berarti sebagai panutan/penuntun, motif semen gurda yang berarti kekuatan/kekuasaan, motif sida asih yang berarti dapat saling mengasihi, motif sida luhur yang berarti semoga jadi orang yang berpangkat, motif wahyu tumurun yang berarti pengharapan agar mendapat wahyu dari Tuhan YME, dan motif tambal yang berarti sebagai penyembuh bagi yang sakit. Selain itu juga ada motif larangan yang hanya boleh dipakai oleh keluarga Kraton pada jaman sebelum bersatunya Indonesia seperti motif parang rusak barong dengan motif modang di tengahnya pada dodod atau kain jarit yang dipakai Sri Sultan yang memiliki arti simbolis filosofis dalam kebudayaan Hindu dan modang memiliki arti simbolis lidah api-api dan motif parang rusak gurda memiliki arti filosofis sebuah mahkota atau penguasa tertinggi.
Sehingga makna simbolis warna dan motif batik tradisional Yogyakarta melambangkan agar manusia yang memakai batik tersebut dapat memiliki sifat-sifat sesuai dengan makna motif batik tersebut dan dapat mengendalikan nafsu sesuai dengan makna warna batik tersebut.

F.                 Jawa Barat
Gambaran tentang unsur-unsur adat itu terpantul pada bentuk-bentuk kesenian Sunda seperti seni sastra, tembang kecapi suling, tari, wayang golek, sandiwara, batik tulis serta tata cara berpakaian. Lakon wayang umpamanya , tidak lagi utuh dipertunjukkan  di depan umum  sebagaimana asalnya, melainkan telah mendapat improvisasi  Ki Dalang sesuai dengan masa dan masyarakat penikmatnya. Demikian juga dengan bentuk – bentuk  seni lainya telah mendapat pengembangan daya cipta berdasarkan imajinasi senimannya tanpa beranjak dari akarnya sendiri. Penampilannya disesuaikan dengan lingkungan kondisi masyarakat penerimanya serta zamannya.
Sifatnya lebih terbuka terhadap pengaruh unsur luar, sehingga terjadi proses akulturasi. Hal-hal yang bersifat tradisional religius magis sedikit demi sedikit terkikis.Warna-warna simbolis masih dipergunakan oleh sebagian adat Sunda, seperti putih, merah, kuning.Warna putih sebagai pakaian pengantin wanita yang masih gadis.Selendang putih untuk upacara ‘numbas’, simbol kebanggaan mertua terhadap menantu yang masih suci.Warna merah putih untuk upacara “ngaruat” rumah  baru, syukuran berganti nama.Warna kuning untuk nasi kuning, sebagai syukuran naik pangkat, ulang tahun, atau lulus ujian.Budaya Sunda juga mengenal warna analog atau nada warna, seperti urutan antara merah dengan biru: mulai dari beureum (merah), kayas (merah muda), kasumba (merah muda ada unsur ungu), gandaria (ungu), gandola (biru keunguan), paul (biru ultramarine).Kayas bisa dimasukkan pada susunan warna cerah (tint), antara merah dan putih.
G.                Gorontalo
Filosofi warna pada suku gorontalo diambil pada pakaian adat.Pakaian adat Gorontalo umumnya mempunyai tiga warna dan memiliki arti tertentu yaitu warna ungu, warna kuning keemasan, dan warna hijau.Selain itu dalam upacara pernikahan adat Gorontalo, masyarakat hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab, warna hijau bermakna kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan, warna kuning emas bermakna kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran, sedangkan warna ungu bermakna keanggunanan dan kewibawaan.
Jika masyarakat Gorontalo ingin mengenakan pakaian yang berwarna gelap, maka masyarakat lebih suka memakai warna hitam yang melambangkanketeguhan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan warna putih yang melambangkan kesucian atau kedukaan.Karena itu, masyarakat Gorontalo lebih suka mengenakan warna putih bila pergi ke tempat perkabungan atau kedukaan atau ke tempat ibadah.Pada umumnya kurang suka dengan pakaian berwarna coklat karena coklat yang melambangkan tanah.
Selain itu warna biru muda sering dikenakan pada saat peringatan 40 hari duka, sedangkan biru tua dikenakan pada peringatan 100 hari duka.Dari pandangan terhadap warna tersebut, maka pada hiasan untuk upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya menggunakan empat warna utama juga, yakni warna merah, hijau, kuning emas, dan ungu.

H.                Melayu Riau
Warna bagi orang melayu adalah merupakan lambang atau simbol yang dapat membedakan setatus seseorang di dalam kehidupannya.Lambang warna juga dapat menandakan kepatuhan.Tetapi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional melayu mengartikan warna sebagai berikut.
1.      PUTIH: Tanda kesucian dalam tata pakaian adat putih di pakai juga sebagai tanda berkabung .
2.      MERAH: tanda persaudaraan dan keberanian. Masyarakat padalaman menggunakan warna sebagai warna panji dan payung untuk batin (kepala persukuan)sedangkan dalam peperangan kain merah selalu di kaitkan di pinggang.
3.      KUNING: Lambang kesucian. Warna kuning di jaman raja melayu masih berkuasa hanya boleh di pakai oleh keluarga raja.
4.      BIRU: lambang keperkasaan di Sungai dan lautan . Dahulunya pakaian biru di peruntukkan bagi laksana kerajaan .
5.      HIJAU; lambang kesuburan dan kemakmuran.
6.      HITAM; lambang keperkasaan Warna ini selalu dipakai oleh panglima dan hulubalang.
7.      KEEMASAN: lambang kejayaan dan kemegahan. Warna ini dahulu di pakai oleh raja yang sedang berkuasa.
Daftar Pustaka
M. Junes Malalatoa, Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia, Deperteman Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Cv. Eka Putra, Jakarta, 1995.