Oleh : Desmauli Lumbanbatu, S.Pd
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
itu.
Wangmuba, Materi
Psikologi, Psikologi Umum, Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi
Intelegensi menurut “Claparde
dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah
dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang.Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang.Oleh karena itu
banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita
miliki bisa meningkat.
II.
JENIS-JENIS
INTELEGENSI
Selain bahwa setiap
individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, ternyata intelegensi pun
memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori yang paling mutakhir
tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple Intelligence ‘kecerdasan
majemuk’ yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner.
Sekitar dua puluh
lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang
kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang
dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang
berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam
bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen
kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda).
Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2)
kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan
dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4)
kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan
interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut
di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu
(8) kecerdasan naturalis.
II.1
Kecerdasan Linguistic-Verbal
Kecerdasan
ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan
pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang
dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan
kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan
berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan
ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi,
editor, guru.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a.
Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
b.
Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi
verbal.
c.
Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang
lain.
d.
Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
e.
Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
f.
Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi,
ataupun debat.
g.
Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
h.
Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi:
pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara,
sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya.
II.2.
Kecerdasan Logika-Matematik
Kecerdasan
ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka
dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran..
Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola
dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan
cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan
informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan
keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis
karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang
benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu
menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian
terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a.
Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
b.
Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
c.
Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
d.
Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer,
metode riset.
e.
Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis,
merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
f.
Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
g.
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang
konkret.
Profesi:
auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli
ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan
ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran
visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan
persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat
adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain
tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat
membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti
arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat
memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya.
Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer,
seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara
tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a.
Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan
membuat patung.
b.
Senang belajar dengan grafik, peta, diagram,
atau alat bantu visual lainnya.
c.
Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
d.
Menyukai poster, gambar, film dan presentasi
visual lainnya.
e.
Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain
yang berkaitan dengan manipulasi.
f.
Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali
wajah, objek, bentuk, dan warna.
g.
Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses
mengingat.
Profesi:
insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior,
fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Ritmik-Musik
Kecerdasan
ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam
benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik.
Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat
merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam
jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu,
perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga
senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.
Banyak
pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang
harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara
dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan,
meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih sayang untuk orang
lain.
Suatu studi yang dikutip oleh May Lim
(2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik
selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46%
sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat
6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar
bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini
informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu
mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca
meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki
ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Menyukai banyak jenis alat musik dan
selalu tertarik untuk memainkan alat musik.
b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka
terhadap suara-suara.
c. Mengerti nuansa dan emosi yang
terkandung dalam sebuah lagu.
d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD,
kaset, atau lirik lagu.
e. Mampu menciptakan komposisi musik.
f. Senang improvisasi dan bermain dengan
suara.
g. Menyukai dan mampu bernyanyi.
h. Tertarik untuk terjun dan menekuni
musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
i. Mampu menganalisis / mengkritik suatu
musik.
Profesi:
DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis
lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis
lirik lagu, dan sebagainya.
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan
ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting
antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau
menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak
berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola
gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari,
bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik.
Kecerdasan
ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan
psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun
rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Merupakan
kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita
secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja
dengan baik dalam menangani objek.
b. Memiliki
kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
c. Menyukai
pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang
menggunakan fisik.
d. Senang
menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
e. Suka
menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
f. Suka
belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang
dialami atau dilihat.
Profesi:
ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir,
tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan
sebagainya.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan
ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan
perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya,
kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal
memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak
teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan
kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina
hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan
dengan orang lain.
Kecerdasan
ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man
is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih
mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat”
akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara
sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai
menjalin hubungan sosial.
b) Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan
harapan orang lain.
c) Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan
berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
d) Mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang
disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
e) Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
f) Mau melihat
sudut pandang orang lain.
g) Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
Profesi:
administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas,
penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan,
direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Oliver
Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di belakang kita
adalah hal yang kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita.
Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut
kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas
kehidupannya sendiri.
Orang-orang
dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka
sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis
mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka
sendiri.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a) Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta
mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
b) Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
c) Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar
yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
d) Mengembangkan konsep diri dengan baik.
e) Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog
atau di jalur spiritual.
f) Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan
relevansinya dengan keadaaan saat ini.
g) Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi
manusia.
Profesi:
ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana
program, pengusaha, dan sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan
untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam
keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan
kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.
Menurut
Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali
berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul
binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan,
tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini berkaitan
dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan
bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak
dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda
alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan
naturalis tinggi.
Lebih
jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :
a. Suka mengamati, mengenali,
berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
b. Antusias akan lingkungan alam dan
lingkungan manusia.
c. Mampu mengenali pola di antara
spesies.
d. Senang berkarir di bidang biologi,
ekologi, kimia, atau botani.
e. Senang memelihara tanaman, hewan.
f. Suka menggunakan teleskop, komputer,
binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
g. Senang mempelajari siklus kehidupan
flora dan fauna.
h. Senang melakukan aktivitas outdoor,
seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).
Profesi:
dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi
lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan
kebun binatang, dan sebagainya.
Dalam
buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st
Century’ (1999), Howard Gardner, menambahkan dan menjelaskan kecerdasan ke-9,
yaitu:
9. Kecerdasan Eksistensial (kecerdasan
makna)
Anak
belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk
apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan
kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan
kebutuhan untuk belajar.
III.
PENGUKURAN
INTELEGENSI
Tingkat
intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan perkiraan melalui
pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat khusus yang
dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ).
Walgito (1997) (dalam Khadijah, 2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat
dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes intelegensi adalah Binet.
Masyarakat umum
seringkali menyamakan istilah IQ dengan intelegensi, padahal keduanya berbeda.
Intelegensi adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang (kecerdasan individu
sebenarnya yang sifatnya pembawaan/hereditas), sedangkan IQ adalah suatu ukuran
tingkat kecerdasan seseorang.
Alat yang
dianggap paling akurat mengukur kecerdasan seseorang adalah tes IQ, yang tentu
saja bila dilakukan secara benar dan dengan orang yang tepat (orang yang diukur
kecerdasannya dan psikolog sebagai orang yang tepat melakukan tes IQ bagi
seseorang). Hanya saja karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya
tidak konkret, maka tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan
intelegensi seseorang.
Macam-macam tes
intelegensi,antara lain:
a.
Tes Binet Simon;
b.
Brightness test atau tes Mosselon yaitu tes
three words (tes 3 kata);
c.
Telegram test, yaitu tes membuat berita dalam bentuk
telegram;
d.
Definitie, yaitu tes mendefinisikan sesuatu;
e.
Wiggly test,yaitu tes menyusun kembali balok-balok kecil
seperti semula.
f.
Stenguest test, yaitu tes mengamati suatu benda
sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian diminta membentuk kembali;
g.
Absurdity test, yaitu tes mencari keanehan yang terdapat
dalam suatu bentuk cerita;
h.
Medallion test, yaitu tes menyelesaikan gambar yang belum
jadi atau baru sebagian;
i.
Educational test (scholastik
test), yaitu tes yang
biasanya diberikan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan cara
tes yang disebut tes binet-simon
sebagai tes intelegensi yang pertama muncul, memperhitungkan 2 hal dalam
melakukan tes, yaitu :
(1)Umur
Kronologis (Cronological Age atau CalenderAge atau CA) yaitu umur seseorang
sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari kelahirannya.
(2) Umur
mental (mental age disingkat MA) yaitu umur
kecerdasansebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik.
Perbandingan
kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur kronologis.
|
Caranya :
1)
Berikan soal-soal
yang sesuai tingkat umur;
2)
Tiap pertanyaan
(dalam soal) dinilai betul/salah;
3)
Tentukan jumlah
soal untuk tingkat umur;
4)
Jumlahkan nilai
tiap kelompok soal;
5)
Berikan soal-soal
untuk umur dibawahnya, sehingga soal terjawab;
6)
Pada kelompok
soal tingkat umur yang sudah terjawab kita hentikan;
7)
Berikan
pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya, pada saat anak tersebut tidak dapat
menjawab semua pertanyaan, baru dihentikan;
8)
Nilai jawaban
yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA);
9)
Hasil angka akhir
setelah dihitung dengan rumus, itulah IQ.
Angka akhir
tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas pedoman Simon,yaitu :
ANGKA
|
KETERANGAN
|
90 – 110
|
Normal
|
120
|
Cerdas
|
130
|
Superior
|
140
|
Genius
|
60 – 79
|
Debil
|
40 – 55
|
Embisil
|
30 - 25
|
Idiot
|
IV. FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INTELEGENSI
Seperti yang telah
kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda.
Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada
bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar
(pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut
dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Taraf Intelegensi Menurut Bayley
a. Keturunan. Studi korelasi
nilai-nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan
kakek-neneknya menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat
kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi pendapatan
keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya,
berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai 3
tahun sampai dengan remaja.
c. Lingkungan hidup Lingkungan yang
kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula.
Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah
panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan
disana sejak awal kehidupannya.
d. Kondisi fisik Keadaan gizi yang
kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan
tingkat kemampuan mental yang rendah.
e. Iklim emosi Iklim emosi dimana
individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang
bersangkutan.
V.
HUBUNGAN
INTELEGENSI DENGAN BERBAGAI HAL
Dalam bahasan ini
akan dijelaskan beberapa poin tentang hubungan intelegensi dengan berbagai hal
dalam kehidupan.
1. Hubungan
intelegensi dengan tingkat kelompok jabatan
Super dan Cities menyimpulkan bahwa
makin tinggi tingkat kelompok jabatan, makin tinggi rata-rata IQ-nya.
2. Hubungan
intelegensi anak-anak dengan intelegensi orang tua mereka.
Schienfield menyatakan tentang hereditas intelegensi
(apa yang diwariskan oran tua kepada anaknya) selain adanya pengaruh tingkat
pendidikan orang tua dengan perkembangan intelegensi anak (stimulasi orang tua)
seperti yang dikemukakan olehFitzegerald dan McKinney.
3. Hubungan kondisi
jasmani terhadap intelegensi seseorang.
Berdasarkan
penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat
jasmaninya dan pertumbuhannya lebih subur dibandingkan dengan orang-orang yang
ber-IQ rendah.
4. Pengaruh
pendidikan pada tingkat intelegensi.
Prof.Irving
Lorge (1945) dari
universitas California menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula skor IQ-nya, disamping adanya faktor lain
seperti lingkungan keluarga, sosial, minat belajar, keperibadian, dan
sebagainya.
Dalam kaitannya dengan film, intelegensi
memegang peranan penting dalam hal sumber daya manusia. Pemahaman pada dunia
film baik seni, teknologi mapupun industrinya membutuhkan tingkat kecerdasan
yang cukup.
Contoh film yang berkisah tentang tokoh dengan
kemampuan intelegensi, antara lain :
Forest Gump (1994) dan A Beautiful Mind
(2001) The
Landmower Man (1992)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki
untuk menghadapi berbagai masalah atau mencapai tujuan dalam hidup seseorang.
Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat
yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang
membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk
memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Dengan
demikian orang yang lebih cerdas, seharusnya mampu memilih strategi pencapaian
sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar